Bacaan hari ini: Ayub 2 “Tetapi jawab Ayub kepadanya: ‘Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?’ Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.” (Ayub 2:10)
Alkitab hanya mencatat bahwa Ayub adalah seorang yang berasal dari tanah Us dan kehidupan rohaninya sangat saleh dan jujur; ia hidup takut akan Tuhan.
Berbicara tentang kesetiaan, seseorang dapat dikatakan setia jika hidupnya tetap konsisten di waktu senang maupun di waktu yang susah. Kesetian akan teruji ketika orang itu telah mengalami kesusahan atau penderitian dalam hidupnya. Begitu juga dengan kesetian yang dimilki oleh Ayub. Kesetian Ayub teruji ketika ia mengalami suatu pergumulan dan penderitaan. Apabila dalam pasal 1 menggambarkan penderitaan karena kehilangan harta, maka dalam pasal 2, menggambarkan penderitaan fisik yang harus di alami oleh Ayub sendiri (ay. 7).
Ketika Ayub diizinkan mengalami suatu pendertiaan fisik, ia tetap taat dan setia kepada Allah. Ketaatan Ayub kepada Allah nampak ketika Ayub meresponi nasihat dari istrinya. Peran sang istri seharusnya memberikan nasihat atau solusi ketika sang suami mengalamai kesusahan. Namun nasihat yang dilakukan istrinya kepada Ayub merupakan nasihat yang salah. Ayub, di dalam ayat 9 mengatakan bahwa istrinya “berbicara seperti perempuan gila”, yang memiliki arti bodoh dan lawan kata dari kata bodoh adalah hikmat: yang berarti bahwa istri Ayub memberi suatu nasihat yang bodoh, bukan nasihat hikmat. Respons Ayub terhadap nasihat istrinya adalah, “apakah kita hanya mau menerima yang baik dari Allah dan tidak menerima yang buruk dari Allah?”
Pelajaran yang dapat kita renungkan dari kisah ini adalah bahwa orang yang setia pada Tuhan tidak terlepas dari penderitaan dan pencobaan di dalam hidupnya. Namun melalui penderitaan yang mungkin kita alami, kita boleh meneladani Ayub. Ayub tidak menyalahkan dan meninggalkan Tuhan tetapi Ayub menerima pendertiaan itu dan dia tetap hidup kudus dan setia kepada Tuhan. Ketika Tuhan mengizinkan pencobaan itu hadir dalam hidup kita maka sudah selayaknya kita tidak bersungut-sungut atau menyalahkan Tuhan tetapi kita boleh tetap hidup setia kepada Tuhan.
STUDI PRIBADI:
- Apa respons Ayub terhadap nasihat dari istrinya?
- Apa yang dapat Anda teladani dari kisah Ayub pada bagian ini?